Pages

Kamis, 22 Mei 2014

SOSIOLOGI POLITIK SPD




                                       Dosen Pembimbing
                                                                   Tengku Fahrul Gafar, S.IP, M.Si
SOSIOLOGI POLITIK

“POTENSI PEMILIH PEMULA”

 

Di susun
Oleh:
SYUKRI PUTRA
11502045


PROGRAM STUDI ILMU PEMERINAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2014


POTENSI PEMILIH PEMULA

Apa yang dikatakan Baechler bahwa ‘pilihan politik itu harus bagus dan rasional’ sangat relevan untuk dipraktekkan bagi pemilih pemula pada pemilihan umum 2014. Dikatakan relevan, karena kelompok pemilih pemula untuk pertama kalinya menggunakan hak politiknya dalam pesta demokrasi. Oleh karena itu, sangatlah diharapkan apabila pilihan politik yang pertama itu digunakan secara cerdas dan kritis dalam memilih kandidat atau partai politik1.
Semangat kritis para pemilih pemula dalam menentukan pilihan politiknya pada pemilu 2014 diperlukan dalam memberikan pelajaran kepada kandidat maupun partai politik, yang selama ini memiliki kinerja buruk, asyik mementingkan dirinya, tidak pro rakyat. Jiwa kritis pemilih pemula dalam memilih merupakan modal penting dalam menghukum para politisi dan partai politik pada pemilu 2014. Hukuman untuk tidak memilih politisi dan partai politik yang tidak pro rakyat merupakan jawaban atas kekecewaan para pemilih pemula terhadap kinerja partai, pemimpin dan elit politik.
Kekecewaan para pemilih pemula terhadap kinerja politisi dan partai politik tidak hanya di Indonesia tetapi juga di temukan di amerika serikat dan inggris. Implikasi dari kekecewaan itu adalah pertama, menurunnya kepercayaan pemilih terhadap elit politik partai. Kedua, kandidat yang di tawarkan partai politik tidak sesuai dengan harapan masyarakat pemilih. Tidak hanya itu, sebagian mahasiswa universitas California pada tahun 1998 menyebutkan hanya 27 persen yang merasa penting untuk mengikuti masalah-masalah politik. Sementara mahasiswa di inggris, menyebutkan hanya 60-75 persen ‘tidak tertarik’ atau ‘tidak terlalu tertarik’ dengan kegiatan politik-politik.
Data di atas  menunjukan sikap kritis para pemilih pemula terhadap kinerja politisi dan partai politik. Kinerja yang buruk akan di lawan dengan sikap kritis oleh kaum muda. Sifat kritis ini perlu di tumbuh-kembangkan dalam tubuh pemilih pemula. Ujung ahir dari sikap kritis tersebut bermuara pada pilihan yang cerdas dan berkwalitas pada pemilu 2014.
1.                  Pemilih pemula siapa dia
Secara politik , pemilih pemula selalu menjadi incaran partai politik dalam setiap perhelatan akabar lima tahun. Hal ini bias di pahami Karena :
Pemilih muda atau pemilih pemula, merupakan potensi suara yang patut di pertimbangkan untuk di bidik oleh partai pada pemilu 2014. Kelompok ini belum mempunyai jangkauan politik yang cukup kuat sehingga membuka peluang yang sangat besaruntuk di rangkul oleh partai politik manapun3.
Ini mengisyaratkan betapa pentingnya eksistensi pemilih pemula ini bagai partai politik. Selain itu, pemilih pemula di gambarkan sebagai pemilih yang belum mengenal dunia politik. Dengan gambaran itu maka menjadi wajarlah apabila menjadi target parpol di pemilu 2014.
Pemilih pemula adalah golongan penduduk usia 17 tahun hingga 21 tahun namun ada definisi yang lain yaitu pemilih pemula adalah mereka yang berstatus pelajar, mahasiswa, serta pekerja muda. Atau pemilih pemula ini adalah mereka yang baru akan mempunyai pengalaman pertama kali di dalam mencoblos pada pemilu 2014 4.
Point penting dari definisi di atas adalah menempatkan pemilih pemula sebagai pelajar, mahasiswa, serta pekerja muda. Bila di ringkas akan berbunyi :
pemilih pemula adalah mereka yang berstatus sebagai pelajar, mahasiswa atau pekerja muda yang berumur 17 tahun hingga 21 tahundan belum pernah ikut mencoblos dalam pemilu.
Pemahaman ini senada dengan UU NO. 10 tahun 2008 tentang pemilu menyebutkan bahwa warga Negara yang sudah berumur 17 tahun atau sudah menikah berhak ikut memilih (pasal 19 ayat 1).
Regulasi ini memberikan pijakan dan batasan tentang sosok pemilih pemula. Batasan ini melegalkan pemilih pemilu dalam pemilu. Senapas dengan itu bila di lihat animo pemilih pemula untuk berpartisipasi dalam pemilu sangat tinggi. Sebagai contoh dalam jajak pendapat yang di lakukan kompas menyebutkan bentuk partisipasi apa yang ingin anda lakukan dalam pemilu mendatang? Jawaban atas pertanyaan ini terangkum pada table 1.
Table 1
Bentuk partisipasi dalam pemilu mendatang
Kelompok Usia
Prosentase
Usia 17-21
86,4
Usia 22-29
81,3
Usia 30-40
81,6
Usia 40- Keatas
79,3
Kompas, 1 Desember 2008
DARI 186.612.255 pemilih yang telah terdaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU), 23 juta di antaranya merupakan pemilih pemula yang berusia antara 17-19 tahun (Antara, 13/3/2014). Sayangnya, jumlah pemilih pemula yang mencapai 20-30% pada setiap pemilu, termasuk Pemilu 2014 ini, kurang mendapat perhatian khusus untuk mendapatkan sosialisasi pemilu dari pihak penyelenggara pemilu. Apalagi dengan jadwal kerja penyelenggara pemilu yang sangat singkat membuat pemilih pemula tidak terjamah dengan baik.
Seharusnya dengan adanya keterbatasan-keterbatasan baik dari segi tenaga maupun jadwal pihak penyelenggara pemilu dalam menjalankan tahap-tahap pemilu, penyelenggara bisa melakukan kerja sama dengan menggaet beberapa lembaga independen dan profesional di kalangan mahasiswa. Hal ini tentu untuk memudahkan proses komunikasi dengan para pemilih pemula yang notabene terdiri dari siswa SMA dan mahasiswa semester awal.
Keterlibatan organisasi mahasiswa dan pemuda dianggap penting karena memiliki hubungan yang mengakar dan sangat efektif dalam menyampaikan berbagai informasi kepada berbagai kalangan pemuda yang ada didaerah masing-masing. Dengan adanya partisipasi seperti ini sangat membantu kerja penyelenggara pemilu sekaligus menyelamatkan cara pikir pemuda yang selama ini sudah pesimis dan prakmatis dalam menghadapi pesta demokrasi yang sebentar lagi berlangsung pada 9 April 2014.
Keberadaan mahasiswa sebagai agent of change sangat diperlukan untuk mengisi pesta demokrasi secara damai, tertib, bersih, serta jauh dari interfensi lebih-lebih intimidasi pada pemilu kali ini. Salah satunya dengan mengambil peran nyata dalam memberikan pencerdasan politik kepada para pemilih pemula. Keberadaan pemilih pemula harus menjadi pembeda yang kemudian bisa menjadi pemilih yang rasional, bukan malah menjadi pemilih yang emosional lebih-lebih transaksional.
2.                  Perlu pencerdasan
Dengan jumlah pemilih pemula yang begitu besar menjadi target dari berbagai partai politik yang akan bertarung dalam Pemilu 2014. Pemilih pemula akan menjadi ladang yang akan diperebutkan oleh berbagai partai politik yang ada. Maka perlu pencerdasan yang lebih mendalam kepada para pemilih pemula ini agar mereka tidak salah dalam menentukan pilihannya.
Organisasi mahasiswa yang berada di garda depan dan bertanggung jawab memberikan pencerdasan dalam menghadapi caleg-caleg yang opportunis agar suara yang mereka benar-benar berkualitas dan mencegah caleg yang berkemungkinan untuk mekakukan korupsi.
Kita bisa melihat pengalaman Pemilu 2009 lalu, dimana jumlah yang berpartisipasi dalam pemilu sebesar 70,9%, dimana sekitar 20% di antaranya adalah termasuk pemilih pemula (Survei LSI, Republika, LSI 30/1/2014). Partai yang memenangkan pemilu pada saat itu ialah partai politik yang mampu menggaet pemilih pemula. Kebanyakan mereka masih belum memiliki pandangan terhadap politik dan ada juga yang sudah paham dengan politik.
Pemilih pemula lebih memilih tokoh-tokoh baru yang berasal dari partai yang baru lahir dari pada partai yang telah lama lahir. Karena sebagian tokoh baru masih bersih dari berbagai persoalan yang mencemarkan nama baik partai politik, baik di tingkat nasional maupun tingkat daerah.
Tokoh yang berasal dari partai baru dianggap lebih  memiliki integritas, dan tingkat idealisma yang lebih tinggi dibandingkan dengan partai tua. Maaf saja, penulis tidak bermaksud untuk mengkerdilkan partai yang sudah lama lahir, apa yang penulis sampaikan hanya untuk mengambarkan analisis penulis tentang pengalaman pemilu yang lalu tentang ketertarikan pemula dalam melihat partai politik.
Menarik perhatian para pemilih pemula tentu haru harus terlebih dahulu mengenal pergaulan serta perkembangan psikologi mereka saat ini. Karena menarik perhatian pemilih pemula sama halnya memikat pasangan agar nyaman untuk bersama dalam merajut masa depan. Dimana orang yang masih remaja harus diperhatikan sinergisitas visi dan misi caleg, serta parpol dalam mengakomodir domain kebutuhan pemuda agar membuat mereka senang, nyaman serta merasa mamiliki sama visa dalam mencapai tujuan para pemuda yang menjadi pemilih pemula khususnya.
3.                   Bagai “cinta monyet”
Para pemilih pemula juga cendrung opportunis, dengan kata lain cinta pemilih pemula bagaikan cinta monyet. Cara mereka memilih cendrung melihat aspek kegantengan, cerdas, populer, gaul, serta memiliki hobi yang sama dalam aktivitas sehari-hari.
Selain itu, cara mendekati pemilih pemula juga berbeda dengan para pemilih yang sudah melewati beberapa pemilihan umum. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan bergaulan pemuda saat ini. Oleh karena itu, mendekati mereka juga harus dengan melihat jaringan yang sering mereka gunakan seperti Facebook, Twitter, Youtube, dan gadged lainnya.
Hal ini dianggap ampuh dan pernah di praktikkan oleh beberapa tokoh dunia, seperti Barack Obama saat mencalonkan diri sebagai Presiden Amerika Serikat. Penggunaan media komunikasi ini pernah juga digunakan saat pemilihan Gubernur DKI Jakarta.
Penggunaan media yang efektif seperti mengekspose informasi kegiatan partai politik atau caleg, membuka ruang diskusi di Facebook maupun Twitter yang meminta peran dan masukan pemuda dalam menanggapi beberapa isu sentral yang sesuai dengan domain yang diminati oleh pemuda.
Dengan adanya fasilitas gratis Youtube, para caleg bisa menarik perhatian pemilih pemula melalui video simulasi yang berdurasi singkat untuk meningkatkan kesadaran partisipasi pemuda untuk menyukseskan pemilu dengan memilih calon wakilnya yang cerdas, kritis, gaul serta memiliki latar belakang yang relatif bersih.
Jika media ini dimaksimalkan, ditambah lagi dengan turun tangan langsung ke lapangan, maka penulis yakin, pemilu kali ini mampu menekan angka golput di kalangan pemuda. Di samping itu, pemilu juga akan lebih berkualitas lagi dengan partisipasi pemilih yang intelek dan rasional, yang nantinya memberi pengaruh kepada keluarga dan tetanggga masing-masing.
Semoga saja pemilu kali ini menjadi ajang untuk bisa saling memercayai dan saling mencerdasi dengan memberikan peran lebih kepada kaum muda yang merupakan pelopor dari segala perubahan negeri ini.

0 komentar:

 
SYUKRI PUTRA DANUR S.IP (SPD) creditosbtemplates creditos Templates by lecca 2008 .....Top